|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penderita stroke cenderung terus
meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga
dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini Indonesia
tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia
(Yastroki, 2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita
stroke yang semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia
produktif. Bahkan, kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).
Stroke
merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik)
atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala
dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu World Health Organization (WHO, 2005).
Stroke
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu pada
laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang
stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 diantaranya merupakan serangan
stroke pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada
4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat
stroke, dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap Centers for Disease Control and Prevention ( CFDCP, 2009).
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar
dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun
terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000
orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke
cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia
tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke
dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40
tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi
usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke
Indonesia, 2006).
Secara
ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan
memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi
masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).
Stroke
merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke, dari jumlah tersebut,
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan
fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di tempat tidur
(HIMAPID FKM UNHAS,2007).
Stroke
merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Stroke merupakan penyebab kematian dan
kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian stroke
meningkat dari tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang meninggal di
Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (DEPKES,2011).
Berdasarkan catatan rekam medis RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat, Khususnya Ruang ICU pada bulan Januari – Maret 2015, pasien dengan masalah
Stroke Haemoragik berjumlah 6 orang dari 429 pasien (1,39%), selama tiga
bulan terakhir ini.
Adapun
faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang
tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras,
gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa
hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral
kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).
B. Tujuan
1.
Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke Haemoragik.
2.
Tujuan
Khusus
a. Melakukan
pengkajian keperawatan pada klien dengan
Stroke Haemoragik.
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Stroke
Haemoragik.
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Stroke
Haemoragik.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Stroke
Haemoragik
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Stroke
Haemoragik.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat,
serta mencari solusi/ alternatif pemecahan masalah.
h.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Stroke
Haemoragik.
C.
Metode
Penulisan
Dalam
penulisan makalah ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan pendekatan studi kasus dimana penulis mengelola satu kasus dengan
menggunakan proses keperawatan, dan menggunakan beberapa tehnik antara lain
tehnik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung dalam mencari data penunjang masalah kesehatan klien. Wawancara yaitu
tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan data subyektif. Dokumentasi adalah mengumpul data dan catatan
yang berhubungan dengan kondisi klien. Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi dalam memperoleh status kesehatan klien saat
ini. Studi pustaka digunakan untuk
mempelajari buku – buku literatur yang berkaitan dengan kasus, untuk
memdapatkan konsep dasar sehingga penulis dapat membandingkan antara teori dan
kasus.
D.
Ruang
Lingkup
Dalam menyusun makalah ilmiah ini,
penulis hanya membahas dan memfokuskan Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. M
Dengan Stroke Haemorogik Di Ruang ICU, RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, dari
tanggal 12 April sampai 14 April 2015.
E.
Sistematika
Penulisan
Penulisan
makalah ini terdapat lima BAB yaitu BAB I yang merupakan pendahuluan, meliputi
latar belakang, tinjauan penulis, ruang lingkup, metode penulisan dan
sistematika penulisan. BAB II tinjauan teori yang meliputi pengertian,
etiologi, patofisiogi, penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksananan keperawatan dan evaluasi
keperawatan. BAB III tinjauan kasus meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, BAB IV pembahasan yang meliputi tentang perbandingan antara teori
dan kasus, analisa faktor – faktor pendukung dan penghambat serta alternative
pemecahan masalah dalam memberikan asuhan kperawatan di tiap tahapan di
anataranya yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa kperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. BAB V penutup yang meliputi kesimpulan
dan saran.
|
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Defenisi
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang
terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan
hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya
aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke
hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian
merusaknya (M. Adib, 2009).
Menurut
WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke
yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak
dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan
berakhir dengan kelumpuhan.
B.
Etiologi
Stroke Hemoragik
Penyebab
perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma
Berry, biasanya defek kongenital.
2.
|
Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan
atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma
myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi
arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, terjadi
hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung
masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
5. Ruptur
arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
Faktor
resiko pada stroke adalah
1. Hipertensi
2. Penyakit
kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,
penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol
tinggi, obesitas
4. Peningkatan
hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes
Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepasi
oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan
obat (kokain), rokok dan alcohol
C.
Patofisiologi
Stroke Hemoragik
Ada
dua bentuk CVA bleeding

1. Perdarahan
intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah
otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan
otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra
cerebral sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
Perdarahan sub
arachnoid
2. Pecahnya
pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada
percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada
jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam
ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah
keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada
retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini
dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 %
akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.
Pathway
Stroke Hemoragik

D.
Manifestasi
Klinis Stroke Hemoragik
Kemungkinan kecacatan yang
berkaitan dengan stroke
1. Daerah
a. serebri media
a. Hemiplegi
kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi
homonim kontralateral
c. Afasi
bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi
bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah
a. Karotis interna
Serupa dengan bila
mengenai a. Serebri media
3. Daerah
a. Serebri anterior
a. Hemiplegi
(dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
b. Incontinentia
urinae
c. Afasi
atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah
a. Posterior
a. Hemianopsi
homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
b. daerah
makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
c. Nyeri
talamik spontan
d. Hemibalisme
e. Aleksi
bila mengenai hemisfer dominan
5. Daerah
vertebrobasiler
a. Sering
fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegi
alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan
pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

E.
Komplikasi
Stroke Hemoragik
Stroke
hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark
Serebri
2. Hidrosephalus
yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula
caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan
TIK, tonus otot abnormal
F.
Penatalaksanaan
Medis Stroke Hemoragik
Penatalaksanaan untuk stroke
hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan
kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral
terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah
itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan
untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa
dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama
dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan
hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan
kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti
koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.
b. Obat
anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika
: untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan
Pembedahan
Endarterektomi karotis
dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak. Penderita yang menjalani
tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan
anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
G.
Emeriksaan
Penunjang Stroke Hemoragik
1. Angiografi
cerebral
Membantu menentukan
penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya
ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi
vaskular.
2. Lumbal
pungsi
Tekanan yang meningkat
dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada
subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
3. CT
scan
Penindaian ini
memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI
(Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang
megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil
yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini
bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
H.
Pengkajian
Keperawatan Stroke Hemoragik
1. Aktivitas
dan istirahat
Data Subyektif:
a. Kesulitan
dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis.
b. Mudah
lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
a. Perubahan
tingkat kesadaran
b. Perubahan
tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
c. Gangguan
penglihatan
2. Sirkulasi
Data
Subyektif:
a. Riwayat
penyakit jantung ( penyakit katup
jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data
obyektif:
b. Hipertensi
arterial
c. Disritmia,
perubahan EKG
d. Pulsasi
: kemungkinan bervariasi
e. Denyut
karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas
ego
Data
Subyektif:
a. Perasaan
tidak berdaya, hilang harapan
Data
obyektif:
b. Emosi
yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
c. Kesulitan
berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
a. Inkontinensia,
anuria
b. Distensi
abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),
tidak adanya suara usus ( ileus paralitik )
5. Makan/
minum
Data Subyektif:
a. Nafsu
makan hilang
b. Nausea
/ vomitus menandakan adanya PTIK
c. Kehilangan
sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
d. Riwayat
DM, peningkatan lemak dalam darah
Data
obyektif:
a. Problem
dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
b. Obesitas
( faktor resiko )
6. Sensori
neural
Data
Subyektif:
a. Pusing
/ syncope ( sebelum CVA / sementara
selama TIA )
b. Nyeri
kepala : pada perdarahan intra serebral
atau perdarahan sub arachnoid.
c. Kelemahan,
kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
d. Penglihatan
berkurang
e. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
f. Gangguan
rasa pengecapan dan penciuman
Data
obyektif:
a. Status
mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
b. Ekstremitas
: kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman
tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
c. Wajah:
paralisis / parese ( ipsilateral )
d. Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan
berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
e. Kehilangan
kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
f. Apraksia
: kehilangan kemampuan menggunakan motorik
g. Reaksi
dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri
/ kenyamanan
Data
Subyektif:
a. Sakit
kepala yang bervariasi intensitasnya
Data
Obyektif:
b. Tingkah
laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data
Subyektif:
a. Perokok
( faktor resiko )
b. Kelemahan
menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
c. Timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
d. Suara
nafas terdengar ronchi /aspirasi
9. Keamanan
Data
Obyektif:
a. Motorik/sensorik
: masalah dengan penglihatan
b. Perubahan
persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit
c. Tidak
mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
d. Gangguan
berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
e. Gangguan
dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi
sosial
Data
Obyektif:
a. Problem
berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran
/ pembelajaran
Data
Subjektif :
a. Riwayat
hipertensi keluarga, stroke
b. Penggunaan
kontrasepsi oral
12. Pertimbangan
rencana pulang
a. Menentukan
regimen medikasi / penanganan terapi
b. Bantuan
untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan
rumah
I.
Diagnosa
Keperawatan Stroke Hemoragik
1. Ketidakefektifan
Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat
2. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit
perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler
4. Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neurovaskuler
5. Resiko
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6. Resiko
Aspirasi berhubungan dengan penurunan
kesadaran
7. Resiko
injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
8. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.

J.
Rencana
Keperawatan Stroke Hemoragik
1. Ketidakefektifan
Perfusi jaringan serebral b.d aliran
darah ke otak terhambat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai aliran darah keotak lancar
dengan
Kriteria
hasil:
a. Nyeri
kepala / vertigo berkurang sampai de-ngan hilang
b. Berfungsinya
saraf dengan baik
c. Tanda-tanda
vital stabil
Intervensi
Monitorang
neurologis
a. Monitor
ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk
pupil
b. Monitor
tingkat kesadaran klien
c. Monitir
tanda-tanda vital
d. Monitor
keluhan nyeri kepala, mual, muntah
e. Monitor
respon klien terhadap pengobatan
f. Hindari
aktivitas jika TIK meningkat
g. Observasi
kondisi fisik klien
Terapi
oksigen
a. Bersihkan
jalan nafas dari sekret
b. Pertahankan
jalan nafas tetap efektif
c. Berikan
oksigen sesuai intruksi
d. Monitor
aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
e. Beri
penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
f. Observasi
tanda-tanda hipo-ventilasi
g. Monitor
respon klien terhadap pemberian oksigen
h. Anjurkan
klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
2. Kerusakan
komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien mampu untuk berkomunikasi lagi.
Kriteria
hasil:
a. dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan perawat
b. dapat
mengerti dan memahami pesan-pesan melalui gambar
c. dapat
mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun nonverbal
Intervensi
- Libatkan
keluarga untuk membantu memahami / memahamkan informasi dari / ke klien
- Dengarkan
setiap ucapan klien dengan penuh perhatian
- Gunakan
kata-kata sederhana dan pendek dalam komunikasi dengan klien
- Dorong
klien untuk mengulang kata-kata
- Berikan
arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi dengan klien
- Programkan
speech-language teraphy
- Lakukan
speech-language teraphy setiap interaksi dengan klien
3. Defisit
perawatan diri; mandi,berpakaian, makan,
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan mandiri klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Klien
dapat makan dengan bantuan orang lain / mandiri
b. Klien
dapat mandi de-ngan bantuan orang lain
c. Klien
dapat memakai pakaian dengan bantuan orang lain / mandiri
d. Klien
dapat toileting dengan bantuan alat
Intervensi
a. Kaji
kamampuan klien untuk perawatan diri
b. Pantau
kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam makan, mandi, berpakaian dan
toileting
c. Berikan
bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri
d. Berikan
dukungan pada klien untuk menunjukkan aktivitas normal sesuai kemampuannya
e. Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien
4. Kerusakan
mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat melakukan pergerakan fisik.
Kriteria
hasil :
a. Tidak
terjadi kontraktur otot dan footdrop
b. Pasien
berpartisipasi dalam program latihan
c. Pasien
mencapai keseimbangan saat duduk
d. Pasien
mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi
pada sisi yang parese/plegi
Intervensi
- Ajarkan
klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
- Ajarkan
rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang parese / plegi dalam
toleransi nyeri
- Topang
ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau mangurangi bengkak
- Ajarkan
ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien
- Motivasi
klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan
- Libatkan
keluarga untuk membantu klien latihan sendi
5. Resiko
kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik
Tujuan
:Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien
mampu mengetahui dan mengontrol resiko
Kriteria
hasil :
a. Klien
mampu menge-nali tanda dan gejala adanya
resiko luka tekan
b. Klien
mampu berpartisi-pasi dalam pencegahan resiko luka tekan (masase sederhana,
alih ba-ring, manajemen nutrisi, manajemen tekanan).\
Intevensi
a. Beri
penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan)
b. Berikan
masase sederhana
1) Ciptakan
lingkungan yang nyaman
2) Gunakan
lotion, minyak atau bedak untuk pelicin
3) Lakukan
masase secara teratur
4) Anjurkan
klien untuk rileks selama masase
5) Jangan
masase pada area kemerahan utk menghindari kerusakan kapiler
6) Evaluasi
respon klien terhadap masase
c. Lakukan
alih baring
1) Ubah
posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
2) Pertahankan
tempat tidur sedatar mungkin untuk mengurangi kekuatan geseran
3) Batasi
posisi semi fowler hanya 30 menit
4) Observasi
area yang tertekan (telinga, mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)
d.
Berikan manajemen nutrisi
1) Kolaborasi
dengan ahli gizi
2) Monitor
intake nutrisi
3) Tingkatkan
masukan protein dan karbohidrat untuk memelihara ke-seimbangan nitrogen positif
e.
Berikan manajemen tekanan
1) Monitor
kulit adanya kemerahan dan pecah-pecah
2) Beri
pelembab pada kulit yang kering dan pecah-pecah
3) Jaga
sprei dalam keadaan bersih dan kering
4) Monitor
aktivitas dan mobilitas klien
5) Beri
bedak atau kamper spritus pada area yang tertekan
6. Resiko
Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi aspirasi pada pasien
dengan kriteria hasil :
a. Dapat
bernafas dengan mudah,frekuensi pernafasan normal
b. Mampu
menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi
Intervensi
a. Monitor
tingkat kesadaran, reflek batuk dankemampuan menelan
b. Pelihara
jalan nafas
c. Lakukan
saction bila diperlukan
d. Haluskan
makanan yang akan diberikan
e. Haluskan
obat sebelum pemberian
7. Resiko
Injuri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi trauma pada pasien.
Kriteria hasil:
a. bebas
dari cedera
b. mampu
menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah cedera
c. menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi
a. menyediakan
lingkungan yang aman bagi pasien
b. memberikan
informasi mengenai cara mencegah cedera
c. memberikan
penerangan yang cukup
d. menganjurkan
keluarga untuk selalu menemani pasien
8. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas pasien efektif dengan
kriteria hasil :
a. Menujukkan
jalan nafas paten ( tidak merasa tercekik, irama nafas normal, frekuensi nafas
normal,tidak ada suara nafas tambahan
b. Tanda-tanda
vital dalam batas normal
Intervensi
a. Pertahankan
jalan nafas yang paten
b. Observasi
tanda-tanda hipoventilasi
c. Berikan
terapi O2
d. Dengarkan
adanya kelainan suara tambahan
e. Monitor
vital sign
|
BAB
III
TINJAUAN KASUS
Pada BAB ini penulis menguraikan kasus yang dimulai
dari pengkajian sampai evaluasi, penulis mulai pengkajian pada tanggal 12 April
sampai dengan 14 April 2015, dengan kasus Stroke hemoragik, di Ruang ICU RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat.
A. Pengkajian
Keperawatan
1. Identitas
Klien
Klien
Bernama Tn. M, berumur 54 tahun, jenis kelamin laki - laki, status menikah,
agama Islam, suku Betawi. Pendidikan terakhir klien SMA, bahasa yang digunakan
klien setiap hari bahasa Indonesia. Pekerjaan TNI, Alamat Jln, Pulau Gadung Rt
001 / 007 Jakarta Timur.
Klien masuk ke IGD RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat,
tanggal 11 April 2015, Pukul 09.30 WIB, Pada tanggal 12 April 2015, Pukul 19.00
WIB, klien pindah keruang ICU, No. Register 40-38-30, dengan diagnosa medis
Stroke Hemoragik.
2.
Resume
|
Tn. M, usia 54
tahun ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta tanggal 11 April 2015 pada pukul 09.30
WIB ke IGD, klien 2 hari sebelumnya demam, kemudian dibawa berobat dan
dikatakan infeksi saluran kemih ± 2 jam yang lalu klien tiba-tiba tidak sadar,
tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam kondisi ngorok, sebelumnya tidak
ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah, tidak ada kejang sebelumnya, klien
dalam keadaan tidak sadar GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1. Kemudian klien pindah
keruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensive dengan ventilator dengan mode
SIM V, FI02 70 %, PEEP + 5, VI 478, RR 38 x/menit, TTV,
TD: 140/90 mmHg, heart rate 160 x/menit, S: 38,5°C, Sa02 100%,
kondisi pupil keduanya miosis, reflek cahaya +/- , ada akumulasi sankret
dimulut dan diselang ET, tidak ada terpasang mayo dan lidah tidak turun,
terdapat retaksi otot intecosta, dengan RR 38 x/menit, dan terdengar ronchi
basah dan basal paru kanan, CRT < 3 detik
di ICU klien mendapatkan Brainact /12 jam, Aliminamin F /12 jam,
Ranitidin /12 jam, dan infus RL 20 t/m, Pada tanggal 12 April 2015 didapatkan
hasil laboratorium; Hb: 13,8 gr/dl, Ht: 44%, Eritrosit: 5,04 juta/ul, leukosit:
8,4 rb/mmk, trombosit: 84 rb/mmk, Kreatinin 1,5 mg/dl, Albumin 3,6 mg/dl,
ureum: 15 mg/dl, natrium: 140 mEq/L, kalium: 3,6 mEq/L, klorida: 107 mEq/L,
AGD: pH: 7,3, PCO2: 27,6, PO2: 236,9, HCO3:
16,3, saturasi O2: 100%. Hasil pemeriksaan EKG kesan ada gambaran ST
depresi inferior, hasil rongsen kesan Cor dan pulmo dalam batas normal, tidak
ada menunjukan infellrate.
3.
Riwayat Keperawatan
a.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2015
pukul 14.30 WIB. klien 2 hari sebelumnya demam,
kemudian dibawa berobat dan dikatakan infeksi saluran kemih ± 2 jam yang lalu
klien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam
kondisi ngorok, sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah,
tidak ada kejang sebelumnya, klien dalam keadaan tidak sadar GCS 4 dengan nilai
E1, M2, V1. Upaya untuk mengatasinya di bawa ke RSPAD Gatot Soebroto.
b.
Riwayat
Pemyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi ± 1 tahun
c.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita seperti klien
B.
Pengkajian
Primer
1. Airway
Pada
jalan nafas terpasang ET, ada akumulasi senkret dimulut dan selang ET, lidah
tidak jatuh kedalam dan tidak terpasang OPA.
2. Breating
RR
38 x/menit, tidak terdapat napas coping hidung, terdapat retaksi otot paru
kanan, dan terdapat wheezing, terpasang ventilator dengan mode SIM V, FI02 70 %, PEEP + 5, VI 478, RR 38
x/menit, suara dasar vesikuler.
3. Circulation
Td
140/90 mmHg, Map 112, Hr 124x/menit, Sa02 100%, capillang refill < 3 detik,
kulit tidak pucat, kunjung tipa tidak anemis.
4.
Disability
Kesadaran
: soporokoma, GCS : E1,M2,VET, reaksi pupil +/-, pupil miosis, dan besar pupil
2 mm.
5.
Exposure
Tidak
ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu 38,5 ⁰C
C. Pengkajian Skunder
1. Tanda
- tanda vital
Tanggal 12 April 2015,
TD 140/90 mmhg, Map 112, Hr 124, Sa02 100%, RR 38 x/menit, S 38,5 0C.
Tanggal 13 April 2015,
TD 145/97 mmhg, Map 113, Hr 130, Sa02 100%, RR 20 x/menit, S 38,2 0C.
Tanggal 14 April 2015,
TD 88/81 mmhg, Map 63,3, Hr 97, Sa02 97%, RR 17 x/menit, S 40,7 0C.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan
jejas, rambut hitam, tidak ada oedem
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera
tidak ikterik, konjungtiva anemis, kedua pupil miosis, reflek pupil +/-.
3. Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada jejas,
bersih, dan tidak ada serumen
4. Hidung
Terpasang NGT warna keruh, tidak ada
secret di hidung, tidak ada napas cuping hidung
5. Mulut
Bibir pucat dan kotor, terpasang ET
6. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe
dan tiroid, tidak terjadi kaku kuduk.
7.
Thoraks
a. Jantung
Inspkesi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada bunyi
jantung tambahan
b. Paru-paru
Inspkesi : Paru kanan dan kiri simetris, terdapat
retraksi interkosta, tidak ada penggunaan otot bantu napas, RR 38x/menit
Palpasi : Tidak dikaji
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, terdapat suara
tambahan ronkhi basah di basal paru kanan
c. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus 13x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak terjadi distensi
abdomen
d. Ekstremitas
Tidak ada jejas, tidak
ada oedem, kekuatan otot 1/1 /1/1
e. Genitalia
Bentuk penis normal,
skrotum bentuk dan ukuran normal, tidak ada jejas
E.
Pola
Eleminasi
1. Urin
/ Sift
a. Pada
tanggal 12 April 2015 frekuensi BAK DC, warna kuning, retensi ada, ikontenensia
tidak ada, jumlah 200 cc
b. Pada
tanggal 13 April 2015 frekuensi BAK DC, warna kuning, retensi ada, ikontenensia
tidak ada, jumlah 500 cc
c. Pada
tanggal 14 April 2015 frekuensi BAK DC, warna kuning, retensi ada, ikontenensia
tidak ada, jumlah 100 cc
Pemeriksaan urin lab:
tidak ada
2. Feses/shift
a. Pada
tanggal 12 April 2015 frekuensi BAB 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi
lunak.
b. Pada
tanggal 13 April 2015 frekuensi tidak ada, warna tidak ada, konsistensi tidak
ada.
c. Pada
tanggal 14 April 2015 frekuensi BAB 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi
lunak.
Pemeriksaan lab Feses :
tidak ada
F.
Tingkat
Kesadaran
1. Gasgow
Coma Scale
a. Pada
tanggal 12 April 2015, E 1, M 2, V ET.
b. Pada
tanggal 13 April 2015, E 1, M 1, V ET.
c. Pada
tanggal 14 April 2015, E 1, M 1, V ET.
2. Status
kesadaran
a. Pada
tanggal 12 April 2015, kesadaran soporokoma.
b. Pada
tanggal 13 April 2015, kesadaran soporokoma.
c. Pada
tanggal 14 April 2015, kesadaran koma.
G. Status Nutrisi dan Cairan
1. Nutrisi
Status
nutrisi perhari : F x A
( BB x 30 kkal ) x indeks aktivitas
( 60 x 30 kkal ) x 0,9
1620 kkal/hari
Aminovel/comafusin hepar : 200 kkal/botol
Total nutrisi yang diterima : Sonde + 1 botol aminovel/comafusin
hepar
1620 kkal/hari : sonde
+ 200 kkal
Jadi sonde/hari: 1420 kkal @ shift : 473.3
kkal
2. Cairan
24 Jam
a. Pada tangal 12 April 2015, Intake, parenteral
1500 cc, enteral 500 cc, output, urin
200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 1000 cc.
b. Pada
tangal 12 April 2015, Intake, parenteral 1800 cc, enteral 600 cc, output, urin 200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance
cairan + 1800 cc.
c. Pada tangal 12 April 2015, Intake, parenteral
500 cc, enteral 200 cc, output, urin 200
cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 100 cc.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pada
tanggal 12 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; Hb: 13,8 gr/dl, Ht: 44%,
Eritrosit: 5,04 juta/ul, leukosit: 8,4 rb/mmk, trombosit: 84 rb/mmk, Kreatinin
1,5 mg/dl, Albumin 3,6 mg/dl, ureum: 15 mg/dl, natrium: 140 mEq/L, kalium: 3,6
mEq/L, klorida: 107 mEq/L, AGD: pH: 7,3, PCO2: 27,6, PO2:
236,9, HCO3: 16,3, saturasi O2: 100%.
Pada
tanggal 13 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; AGD: pH: 7,32, PCO2:
27, PO2: 199,7, HCO3: 16,9, saturasi O2: 100%.
Pada
tanggal 14 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; Hb: 12,3 gr/dl, Ht: 38%,
Eritrosit: 4,48 juta/ul, leukosit: 7,4 rb/mmk, trombosit: 90 rb/mmk, Kreatinin
1,4 mg/dl, Albumin 3,1 mg/dl, ureum: 17 mg/dl, natrium: 132 mEq/L, kalium: 3,4
mEq/L, klorida: 106 mEq/L, AGD: pH: 7,33, PCO2: 30, PO2:
189,8, HCO3: 17,9, saturasi O2: 97%.
I.
Penatalaksanaan
Pada tangal 12 April
2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu : Ceftriaxone 2 mg/24 jam,
ranitidine 1 amp/12 jam, Nexium 40 mg/12 jam, Alinamin F 1 amp/12 jam, Brainact
1 amp/12 jam, Dexamethason 1 amp/8 jam, RL/ 24 jam 20 tpm, NaCl 0.9%/24 jam 20
tpm, Asering/ 24 jam 20 tpm, Aminovel/24 jam 20 tpm, Methylprednison 40 mg/12
jam, Nebulizer/8 jam.
Pada tangal 13 April
2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu :
Nexium 40 mg/12 jam, Dexamethason
1 amp/8 jam, Ecotrixon 2 gr/24 jam, SNMC 1 amp/8 jam (drip dalam 100 cc NaCl), Asering/
24 jam 20 tpm, Precedek+Ns Siryng pump 3.2 cc/jam, Lasik 20 mg/jam, Koreksi
bicnat, Nebulizer/8 jam.
Pada tangal 14 April
2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu :
Nexium 40 mg/12 jam, Dexamethason
1 amp/8 jam, Ecotrixon 2 gr/24 jam, SNMC 1 amp/8 jam (drip dalam 100 cc NaCl), Asering/
24 jam 20 tpm, Precedek+Ns Siryng pump 3.2 cc/jam, Lasik 20 mg/jam, Koreksi
bicnat, Nebulizer/8 jam.
J.
Data
Fokus
Data Subjektif : -
Data Objektif :
Kesadaran umum soporokoma, terdapat secret di ET dan mulut,
RR 38x/menit, terdengar bunyi ronkhi basah di basal paru kanan, RR 38x/menit,
terdapat retraksi intercosta, napas cepat dan dangkal, terpasang ventilator
dengan mode P SIMV dengan FiO2 70%, PEEP + 5 dan SaO2 100%, RR 38x/menit,
terdapat retraksi intercosta, napas cepat dan dangkal, Hasil BGA : PH 7,334;
pCO2 27;pO2 236,9;HCO3 16,3; BE -10,2 dengan interprestasi Asidosis Metabolik
terkompensasi sebagian, Kesadaran soporokoma, GCS E1M2VET, pupil miosis (2mm),
reaksi pupil +/-, Keadaan umum soporokoma, panas dengan suhu 38,5⁰C, terpasang ET dan infus line, bedrest total, reflek
motorik -/-.
K. Analisa Data
NO
|
TGL/JAM
|
DATA
FOKUS
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1
|
12/04/15
10.20
WIB
|
DS
: -
DO
:
KU
soporokoma, terdapat secret di ET dan mulut, RR 38x/menit, terdengar bunyi
senkret
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif
|
Akumulasi
secret di jalan napas
|
2
|
12/04/15
10.25
WIB
|
DS : -
DO:
RR 38x/menit, terdapat retraksi intercosta, napas cepat
dan dangkal, terdengar bunyi rochi basah di basal paru kanan terpasang
ventilator dengan mode P SIMV dengan FiO2 70%, PEEP + 5 dan SaO2 100%
|
Pola napas tidak efektif
|
Depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang
otak etcause intracerebral haemoragie)
|
3
|
21/06/10
10.30
WIB
|
DS : -
DO:
RR 38x/menit, terdapat retraksi intercosta, napas cepat
dan dangkal, Hasil BGA : PH 7,334; pCO2 27;pO2 236,9;HCO3 16,3; BE -10,2
dengan interprestasi Asidosis Metabolik terkompensasi sebagian
|
Gangguan pertukaran gas
|
Kegagalan proses difusi pada alveoli
|
4
|
12/04/15
10.35
WIB
|
DS : -
DO:
Kesadaran soporokoma, GCS E1M2VET, pupil miosis ( 2 mm ),
reaksi pupil +/-
|
Gangguan perfusi jaringan serebral
|
Perdarahan intraserebal
|
5
|
12/04/15
10.40
WIB
|
DS : -
DO:
Keadaan umum soporokoma, panas dengan suhu 38,5⁰C, terpasang ET dan infus line,
bedrest total, reflek motorik -/-
|
Resiko tinggi infeksi
|
Prosedur invasif dan bedrest total
|
L.
Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan adanya akumulasi secret di jalan napas, dapat ditandai
dengan :
a.
Adanya sekret di ET dan mulut
b. Terdengar bunyi
ronkhi basah di basal paru kanan
2. Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada
batang otak etcause intracerebral haemoragie), dapat ditandai dengan :
a. Frekuensi napas
tinggi RR 38x/menit
b. Terdapat
retraksi intercosta
c. Napas cepat dan
dangkal
3. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan proses difusi pada alveoli, dapat
ditandai dengan :
a. Napas cepat dan
dangkal, RR 38x/menit
b. Hasil BGA :
Asidosis Metabolik terkompensasi sebagian
4. Gangguan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya perdarahan intraserebral,
dapat ditandai dengan :
a. Penurunan
kesadaran : Soporocoma
b. GCS : E1, M2, VET
c. Pupil miosis
5. Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan bedrest total.
M.
Perencanaan,
Pelaksanan dan Evaluasi Keperawatan
1.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan adanya akumulasi secret di jalan napas ditandai dengan :
Data Subjektif : -
Data Objektif :
KU soporokoma, terdapat secret di ET
dan mulut, RR 38x/menit, terdengar bunyi senkret
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan
jalan napas klien dapat efektif adekuat.
Kriteria hasil : Sekret di ET dan mulut berkurang
atau tidak ada, RR dalam batas normal (16-24x/menit), Suara ronkhi berkurang
atau hilang.
Rencana Tindakan :
a.
Monitor adanya akumulasi secret dan warnanya di
jalan napas (ET dan mulut)
b.
Auskultasi suara napas klien
c.
Monitor status pernapasan klien
d.
Monitor adanya suara gargling
e.
Lakukan positioning miring kanan dan kiri
f.
Pertahankan posisi head of bed (30-45⁰)
g.
Lakukan suction sesuai indikasi
Kolaborasi :
a.
Berikan nebulizer tiap 8 jam dengan perbandingan
berotec : Atroven : NaCl yaitu 18 tetes : 16 tetes : 1 cc
Pelaksanaan :
Pada tangal 12 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 112 x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,5°C. Pukul 14.30 WIB memonitor status
neurologis klien, Pukul 15.00 WIB mengobservasi adanya akumulasi senkret
dimulut dan ET, Pukul 15.30 WIB melakukan suction dimulut dan ET, Pukul 16.30
WIB mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 17.00 WIB melakukan oral
care dengan antiseptik.
Pada tangal 13 April 2015
Pukul 09.00 WIB mengobservasi TTV; TD: 145/97 mmHg, Heart
rate: 124 x/menit, RR: 20 x/mnt, S:38,2°C. Pukul 09.30 WIB melakukan oral
hygien, Pukul 10.00 WIB memonitor status neurologis klien, Pukul 10.30 WIB
mengobservasi adanya akumulasi senkret dimulut dan ET, Pukul 11.00 WIB
memberikan nebulizer via ventilator, Pukul 11.30 WIB melakukan suction dimulut
dan ET, Pukul 12.00 WIB mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 13.00
WIB melakukan oral care dengan antiseptik.
Pada tangal 14 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 88/81 mmHg, Heart
rate: 97x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,5°C. Pukul 14.30 WIB memonitor status
neurologis klien, Pukul 15.00 WIB melakukan pemeriksaan GDS, Pukul 15.30 WIB
mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 16.00 WIB memonitor status
pernapasan klien dan sesuai dengan setting ventilator, Pukul 16.30 WIB
melakukan oral care dengan anti septic, Pukul 17.00 WIB mengambil spesimen
darah untuk BGA, darah rutin, ureum dan kratinin.
Evaluasi
S : -
O: Keadaan umum lemah, kesadaran soporocoma dengan vital sign : TD
140/88, HR 112x/menit, SaO2 100%, dan Suhu 38.2 ⁰C, GCS : E1M2VET, pupil miosis 2mm, reflek pupil terhadap cahaya +/-, masih
terpasang ventilator P SIMV, VT 465, RR 34, 70%, PEEP + 5, Sekret di mulut dan
ET berkurang, Masih terdapat retraksi otot intercosta, RR 34x/menit, Hasil BGA
: PH 7,334; pCO2 27;pO2 236,9;HCO3 16,3; BE -10,2 dengan, interprestasi
asidosis metabolik terkompensasi sebagian, masih ada suara senkret, dan idak
terjadi tanda-tanda peningkatan TIK
A : Tujuan tercapai masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan dan optimalkan kembali intervensi dengan tetap memantau KU
dan vital sign serta status pernapasan klien serta kolaborasi untuk rencana
koreksi bicnat, nebulizer untuk jaga siang dan usulkan untuk extra pamol.
2. Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada
batang otak etcause intracerebral haemoragie)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola napas klien dapat efektif.
Kriteria hasil : Napas
adekuat spontan (16-24x/menit), KU dan VS
stabil, Retraksi otot intercosta berkurang,
dan Weaning off ventilator
Rencana Tindakan
a. Monitor keadaan umum dan vital sign
klien
b. Pantau status pernapasan klien
c. Pantau adanya retraksi otot
intercosta
d. Pertahankan head of bed (30-45⁰)
e. Monitor saturasi oksigen klien
Kolaborasi : Pertahankan penggunaan ventilator
dan observasi setting ventilator dengan status pernapasan klien.
Pelaksanaan :
Pada tangal 12 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 112 x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,5°C. Pukul 14.30 WIB memonitor status
pernapasan klien dan sesuai dengan setting ventilator, Pukul 15.00 WIB
melakukan pemantauan adanya retaksi otot intrecosta, Pukul 16.30 WIB
mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 17.30 WIB memonitor Sa02 97 %
dalam batas normal.
Pada tangal 13 April 2015
Pukul 09.00 WIB mengobservasi TTV; TD: 145/97 mmHg, Heart
rate: 126 x/menit, RR: 20 x/mnt, S:38,2°C. Pukul 09.30 WIB memonitor status
pernapasan klien dan sesuai dengan setting ventilator, Pukul 10.00 WIB memantau
adanya retaksi otot intracosta berkurang, Pukul 10.30 WIB mempertahankan head
of bed 30 0, Pukul 11.30 WIB memonitor Sa02 97 %.
Pada tangal 14 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 97 x/menit, RR: 17 x/mnt, S:38,5°C. Pukul , Pukul 15.30 WIB
mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 16.00 WIB memonitor status
pernapasan klien dan sesuai dengan setting ventilator, Pukul 15.30 WIB
memonitor Sa02 97 %.
Evaluasi
S : -
O: Keadaan
umum lemah, kesadaran soporocoma dengan vital sign : TD 145/97, HR 126x/menit,
SaO2 97% dalam batas normal, dan Suhu
38.2 ⁰C,
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
dan optimalkan kembali intervensi, rencana kolaborasi
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kegagalan proses difusi pada alveoli
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan pertukaran gas klien dapat
adekuat
Kriteria hasil :
a. KU dan VS stabil
b. Napas adekuat spontan
(16-24x/menit)
c. BGA dalam batas normal
Rencana Tindakan
a.
Monitor keadaan umum dan vital sign klien
b.
Observasi status pernapasan klien
c.
Pantau adanya tanda-tanda hipoksia
d.
Pertahankan head of bed (30-45⁰)
Kolaborasi : Pantau hasil BGA sesuai indikasi, Pertahankan
penggunaan ventilator dengan oksigenasi yang adekuat.
Pelaksanaan :
Pada tangal 12 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 112 x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,5°C, Pukul 16.30 WIB mempertahankan head
of bed 30 0, Pukul 17.00 WIB pantau status pernapasan. Pukul 17.30
WIB pantau adanya tanda-tanda hipoksia.
Pada tangal 13 April 2015
Pukul 09.00 WIB mengobservasi TTV; TD: 145/97 mmHg, Heart
rate: 126 x/menit, RR: 20 x/mnt, S:38,2°C. Pukul 09.30 WIB pantau status
pernapasan, Pukul 11.00 WIB pantau adanya tanda-tanda hipoksia.
Pada tangal 13 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 97 x/menit, RR: 17 x/mnt, S:38,5°C, Pukul 16.30 WIB mempertahankan head
of bed 30 0, Pukul 17.00 WIB pantau status pernapasan. Pukul 17.30
WIB pantau adanya tanda-tanda hipoksia.
Evaluasi
S : -
O: Keadaan
umum lemah, kesadaran soporokoma dengan vital sign : TD 140/90, HR 160x/menit,
SaO2 97%, dan RR 38 x/menit, Suhu 38.5 ⁰C.
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
dan optimalkan kembali intervensi
4. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
adanya perdarahan intraserebral
Tujuan
: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan perfusi jaringan
serebral klien dapat adekuat.
Kriteria hasil :
a.
Kesadaran membaik
b.
Reflek pupil +/+
c. Pupil isokor
Rencana Tindakan
a.
Monitor status neurologi
b.
Pantau tanda-tanda vital
tiap jam
c.
Evaluasi pupil, refleks terhadap cahaya
d.
Pantau adanya peningkatan TIK
e.
Posisikan kepala lebih tinggi 30-45⁰
Kolaborasi: Pertahankan
oksigenasi adekuat melalui ventilator
Pelaksanaan
:
Pada tangal 12 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 112 x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,5°C. Pukul 14.30 WIB memonitor status
neurologis klien, Pukul 15.00 WIB melakukan reflek cahaya terhadap pupil, Pukul
16.30 WIB mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 17.00 WIB pantau
adanya peningkatan TIK.
Pada tangal 13 April 2015
Pukul 09.00 WIB mengobservasi TTV; TD: 145/97 mmHg, Heart
rate: 130 x/menit, RR: 20 x/mnt, S:38,2°C. Pukul 10.00 WIB memonitor status
neurologis klien, Pukul 11.00 WIB melakukan reflek cahaya terhadap pupil, Pukul
11.30 WIB mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 12.00 WIB pantau
adanya peningkatan TIK.
Pada tangal 14 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 88/81 mmHg, Heart
rate: 97x/menit, RR: 17 x/mnt, S:40,7°C. Pukul 14.30 WIB memonitor status
neurologis klien Pukul 15.00 WIB melakukan reflek cahaya terhadap pupil, Pukul
16.30 WIB mempertahankan head of bed 30 0, Pukul 17.00 WIB pantau
adanya peningkatan TIK.
Evaluasi
S : -
O: Keadaan
umum lemah, kesadaran coma dengan vital sign : TD 88/51, HR 96x/menit, SaO2
97%, dan Suhu 40.6 ⁰C, pupil miosis 2 mm, reflek pupil terhadap cahaya -/-.
A :
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan dan optimalkan kembali intervensi.
5. Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan bedrest total
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi pada
klien.
Kriteria hasil :
a.
KU dan VS stabil
b.
Suhu normal (36.5-37.5)
c.
Leukosit normal
d.
Monitor KU dan VS termasuk suhu klien/jam
Rencana Tindakan
a.
Pertahankan teknik aseptic setiap tindakan
b.
Pantau adanya tanda-tanda infeksi
c.
Lakukan personal dan oral care setiap hari
d.
Lakukan early mobilization
e.
Lakukan penilaian CPIS setelah 48 jam perawatan
Kaloborasi : Berikan antibiotic sesuai indikasi dan pantau hasil foto
thorak
Pelaksanaan :
Pada tangal 12 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 112 x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,5°C. Pukul 14.25 WIB melakukan tehnic
aseptic setiap melakukan tindakan, Pukul 14.30 WIB lakukan personal oral care,
15.00 WIB pantau adanya tanda-tanda infeksi. 15.00 WIB lakukan penilaian CPIS.
Pada tangal 13 April 2015
Pukul 14.15 WIB mengobservasi TTV; TD: 140/90 mmHg, Heart
rate: 126 x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,5°C, Pukul 14.25 WIB melakukan tehnic
aseptic setiap melakukan tindakan, Pukul 14.30 WIB lakukan personal oral care,
15.00 WIB pantau adanya tanda-tanda infeksi.
Pada tangal 14 April 2015
Pukul 09.00 WIB mengobservasi TTV; TD: 145/97 mmHg, Heart
rate: 97 x/menit, RR: 38 x/mnt, S:38,2°C, Pukul 14.15 WIB melakukan tehnic
aseptic setiap melakukan tindakan, Pukul 14.30 WIB lakukan personal oral care,
15.00 WIB pantau adanya tanda-tanda infeksi. 15.00 WIB lakukan penilaian CPIS.
Evaluasi
S : -
O
: Kesadaran Umum lemah, kesadaran koma dengan vital sign : TD 88/65 mmHg, Hr
130 x/menit, Sa02 90 %, dan suhu 38,5°C.
Leokosit 8,4 ribu/mmk
A
: masalah belum teratasi
P : Lanjutkan
dan optimalkan kembali intervensi.
Jam 14.20 WIB, kondisi klien drop,
gambaran EKG arrest, HR turun terus, Saturasi turun drop dibawah normal,
dilakukan RJP selama 15 menit dengan SA 4 ampul, Adrenalin 3 ampul. RJP
berhasil dengan vital sign TD 117/63, HR 126, dan SaO2 100% via bagging.
Setelah 20 menit kondisi klien drop lagi dan klien dinyatakan meninggal pukul
14.55 WIB.
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
BAB ini penulis
akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang terjadi selama
melakukan asuhan keperawatan langsung terhadap Tn. M dengan kasus Stroke Haemoragik di Ruang ICU
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Dalam bab ini penulis membandingkan
antara teori yang ada pada literature
dengan kasus yang ditemukan pada klien. Selain itu penulis juga membahas
mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat, yang penulis temukan pada saat
melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M, serta alternatif pemecahan masalah
yang penulis berikan selama melakukan asuhan keperawatan pada tiap tahap
keperawatan.
A.
Pengkajian Keperawatan
|
Stroke hemoragik merupakan
defisit neurologi yang mempunyai sifat mendadak dan berlangsung dalam 24 jam
sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah di otak yang di akibatkan oleh
aneurisma atau malformasi arteriovenosa yang dapat menimbulkan iskemia atau
infark pada jaringan fungsional otak (Purnawan Junadi, 1982). Klien datang dari
IGD dengan diagnosa stroke haemoragik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa stroke
Haemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak. Dari hasil ST-Scan
klien didapatkan bahwa klien terjadi perdarahan intraserebral. Banyak faktor
yang memengaruhi terjadinya stroke yaitu hipertensi dan penggunaan obat-obat
antikoagulan. Klien sudah menderita hipertensi kurang lebih sejak satu tahun
yang lalu. Hipertensi yang kronis dapat mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid. Hal
tersebut menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema di sekitar otak. Selain kerusakan parenkim otak, akibat
volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan
intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya
drainase otak. Sehingga aliran oksigen ke otak tidak adekuat mengakibatkan
penurunan kesadaran. Hal ini terjadi pada klien, klien ketika masuk dengan
kesadaran soporocoma dengan GCS E1M2VET. Soporocoma yaitu mata tetap tertutup
walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti,
motorik hanya gerakan primitive.
B.
Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang ditemukan pada klien
yaitu antara lain :
1.
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di jalan napas.
Diagnosa tersebut dijadikan masalah utama
karena berdasarkan primary assesment dan terdapat tanda adanya
sekret di ET dan mulut, selain itu terdengar bunyi ronkhi di basal paru kanan.
Kepatenan jalan napas harus menjadi prioritas karena jika ada sumbatan berupa
sekret ataupun benda yang lain akan menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke
tubuh dan jaringan akan kekurangan oksigen. Klien dalam kondisi tidak sadar
yaitu soporocoma sehingga tidak mempunyai reflek batuk untuk mengeluarkan
sekret yang ada di jalan napas. Sehingga tindakan yang dilakukan antara lain
tetap memantau adanya akumulasi sekret di ET dan mulut, kemudian lakukan
suction sesuai kebutuhan. Suction perlu dilakukan untuk mengurangi sekret atau
menghisap sekret supaya jalan napas dapat paten dan oksigen bisa sepenuhnya
masuk dalam tubuh dan dapat dipakai oleh jaringan. Selain itu positioning
klien miring kanan dan kiri selain untuk mencegah dekubitus, hal ini juga untuk
memudahkan keluarnya sekret. Hal ini juga dibantu dengan kolaborasi pemberian
nebulizer dengan kombinasi obat Berotec : Atroven : NaCl yaitu 18 tetes : 16
tetes : 1 cc. Kombinasi obat tersebut selain sebagai bronchodilator juga
sebagai mukolitik sehingga secret yang masih tertempel dalam dinding paru dapat
hancur dan keluar sehingga jalan napas dapat paten dan bersih.
2.
Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak
etcause intracerebral haemoragie)
Diagnosa ini diambil berdasarkan data bahwa
klien napasnya cepat dan dangkal, RR 38x/menit, terdapat retraksi intercosta,
dan menggunakan ventilator dengan mode P SIMV dengan FiO2 70%, PEEP + 5 dan
SaO2 100%. Mode P SIMV digunakan karena klien masih mempunyai usaha napas
sehingga ventilator di setting dengan sinkronize antara napas klien dengan
ventilator. Klien dengan stroke haemoragik akan terjadi ruptur atau pecahnya
pembuluh darah di otak sehingga aliran darah yang mengangkut oksigen ke otak
juga terganggu. Hal ini lama-lama akan menimbulkan infark serebri dan dapat
mengenai berbagai bagian di otak termasuk salah satunya medula oblongata.
Medula oblongata merupakan pusat pernapasan, sehingga jika terjadi infark di
daerah tersebut maka akan terjadi pula depresi pusat pernapasan yang dapat
mempengaruhi kemampuan ventilasi paru. Karena ketidakadekuatan ventilasi paru
klien, maka klien terpasang ventilator. Tindakan yang bisa dilakukan antara
lain posisikan klien elevasi head of bed 30-45⁰C. Hal ini untuk lebih
mengoptimalkan ekspansi paru klien. Selain itu observasi status pernapasan juga
penting karena hal ini mempengaruhi setting ventilator dengan mode yang
disesuaikan usaha napas klien. Monitor usaha napas klien tetap harus dilakukan,
karena jika klien terlihat hiperpnue dengan nampak retraksi intercosta
menunjukkan klien sesak napas sehingga perlu dinaikkan setting ventilator
misalnya FiO2 dinaikkan dari semula.
3.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kegagalan proses difusi pada alveoli Diagnosa ini diambil
karena ditemukan data pada klien bahwa setelah dilakukan BGA ternyata hasilnya
asidosis metabolik terkompensasi sebagian. Selain itu klien juga menunjukkan
peningkatan frekuensi napas yaitu RR 38 x/menit. Hal ini menunjukkan bahwa di
alveoli klien terjadi gangguan pertukaran gas karena ketidakadekuatan ventilasi
klien sehingga mempengaruhi proses difusi O2 dan CO2. Tindakan yang dilakukan
hampir sama dengan diagnosa yang kedua karena pada prinsipnya saling
mempengaruhi. Observasi status pernapasan tetap harus dilakukan karena untuk
menentukan keefektifan penggunaan ventilator. Hasil BGA juga perlu dipantau
juga untuk mengetahui keefektifan pemakaian ventilator dan terapi yang
diberikan, jika hasil BGA normal, PH, PaO2, PCO2, dan BE dalam batas normal maka
bisa menjadi pertimbangan untuk proses penyapihan dari ventilator. Jika BGA
tidak normal maka akan dilakukan koreksi. Hasil BGA klien pada tanggal 21 juni
2010 menunjukkan asidosis metabolik terkompensasi sebagian sehingga memerlukan
koreksi bicnat untuk mengatasi hal tersebut. Bicnat tujuannya untuk menetralkan
kadar asam dalam darah karena bicnat mengandung basa.
4.
Gangguan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan adanya perdarahan intraserebral
Klien menderita Stroke Haemoragik dengan
berdasarkan hasil ST-Scan menunjukkan adanya perdarahan intraserebral sehingga
mempengaruhi proses perfusi jaringan ke serebral. Oksigen yang dibawa ke otak
menjadi berkurang, sehingga akan terjadi hipoksia dan hal ini menyebabkan klien
terjadi penurunan kesadaran dan penurunan fungsi tubuh yang dipersarafi oleh
otak. Tindakan yang bisa dilakukan antara lain adalah menaikkan posisi kepala
klien 30-45⁰ dengan
tujuan mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dari kepala
dan memperbaiki sirkulasi serebral.Status neurologis klien juga perlu dimonitor
setiap jam untuk mengetahui kemajuan terapi dan keadekuatan oksigenasi jaringan
serebral. Sehingga oksigenasi tetap harus dipertahankan supaya kebutuhan
oksigenasi serebral tercukupi.
5.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan bedrest total Adanya
prosedur invasif dapat memungkinkan terjadinya infeksi karena merupakan port de
entri mikroorganisme sehingga dalam melakukan perawatan perlu memperhatikan
teknik steril dan aseptik untuk mencegah mikroorganisme patogen dapat masuk ke
tubuh melalui prosedur invasif tersebut seperti infus, ET, kateter dan NGT.
Selain itu oral care, early mobilization dan head
of bed juga berguna untuk mencegah infeksi. Jika infeksi berlanjut
akan bisa menimbulkan sepsis yang sangat berbahaya bagi klien yang bisa
menimbulkan kematian karena infeksi menyebar secara sistemik ke tubuh klien.
Klien dengan bedrest total akan mengalami penurunan produksi fibronectin di
mulutnya sehingga mengalami penurunan kemampuan mekanisme melawan kuman yang
patogen sehingga perlu dibersihkan dengan oral care yang menggunakan
antiseptic. Selain itu dengan adanya head of bed juga akan
meminimalkan kontaminasi kuman patohen dengan mencegah terjadinya aspirasi isi
lambung. Sedangkan early mobilzation dilakukan untuk
mengoptimalkan fungsi pertahanan tubuh. Klien yang diposisikan supine dan immobility akan
menimbulkan fungsi normal paru seperti reflek batuk, otot mucosilliary, dan
drainage tidak dapat bekerja dengan baik sehingga beresiko lebih tinggi terkena
infeksi nosokomial pneumonia. Selain itu klien yang tidak dilakukan early
mobilization akan terjadi kelemahan otot termasuk otot pernapasan
sehingga proses weaning off of ventilation akan ditunda dan
beresiko terjadi VAP.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 hari kondisi klien semakin menurun. Pada hari ketiga klien juga
mengalami hiperglikemia yaitu 482 mg/dl sehingga menyebabkan darah menjadi
sangat kental dan daya alirannya berkurang. Aliran darah yang lambat secara
otomatis akan menyebabkan suplai oksigen ke semua jaringan berkurang sehingga
jaringan akan melakukan metabolisme anaerob dan menghasilkan asam laktat. Asam
laktat yang berlebih dapat menjadi toksik pada jaringan tubuh sehingga akan
memperparah kondisi klien. Pada perawatan hari ke dua, tidak ada produksi urin
klien. Hari kedua sudah diberikan extra lasik 20 mg/jam syring pump jalan 0.5
cc/jam tapi tetap sedikit urin yang keluar. Hari ketiga di cek darah
menunjukkan ureumnya tinggi yaitu 319 dan kreatininnya 12.4 sehingga dikatakan
terjadi insufisiensi ginjal. Pada tanggal 14 April 2015 Jam 14.20 WIB, kondisi
klien drop, gambaran EKG arrest, HR turun terus, Saturasi turun drop dibawah
normal, dilakukan RJP selama 15 menit dengan SA 4 ampul, Adrenalin 3 ampul. RJP
berhasil dengan vital sign TD 117/63, HR 126, dan SaO2 100% via bagging.
Setelah 20 menit kondisi klien drop lagi dan klien dinyatakan meninggal pukul
14.55 WIB
C.
Perencanaan Keperawatan
Dalam membuat perencanaan dilakukan langkah-langkah sesuai kondisi dan
kebutuhan klien sesuai dengan Asuhan Keperawatan sesuai dengan teori Stroke Hemoragik
yaitu memprioritaskan masalah yang muncul pada klien, kemudian langkah
selanjutnya adalah menetapkan waktu yang lebih spesifik untuk masing-masing
diagnosa, menyesuaikan kondisi yang mungkin bisa dicapai oleh klien dalam waktu
yang lebih spesifik.
Pada tahap penetapan tujuan dari kriteria hasil terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Pada
teori tidak dialokasikan waktu, sedangkan pada kasus ditetapkan waktu dan pencapaian
tujuan yaitu 3 x 24 jam yakni berfokus pada kebutuhan sesuai dengan kondisi
klien, kemampuan perawat serta kelengkapan alat-alat dan adanya kerjasama
dengan klien, keluarga dan perawat ruangan yang menjadi faktor pendukung.
D.
Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan diagnosa dilakukan 3 x 24 jam
untuk semua diagnosa. Dalam melakukan tindakan penulis berfokus pada
perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien, karena ada
kesenjangan antara teori dan kasus. Penulis bekerjasama dengan perawat ruangan
dalam melakukan Asuhan Keperawatan dan pendokumentasian semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Untuk secara keseluruhan semua diagnosa sudah dilaksanaan
sesuai perencanaan yang dibuat sesuai
kondisi dan kebutuhan klien saat ini, karena keluarga dan perawat ruangan
sangat membantu penulis dalam melakukan proses keperawatan.
E.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai seluruh hasil implementasi yang telah
dilaksanakan.
Pada diagnosa
keperawatan pertama bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi
secret di jalan napas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x 24 jam diharapkan jalan napas klien
dapat efektif adekuat, Kriteria hasil : Sekret di ET dan mulut berkurang atau
tidak ada, RR dalam batas normal (16-24x/menit), Suara ronkhi berkurang atau
hilang.
Pada diagnosa
keperawatan kedua, pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi
pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause intracerebral
haemoragie), Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan pola napas klien dapat efektif. Kriteria
hasil : Napas adekuat spontan (16-24x/menit),
KU dan VS stabil, Retraksi
otot intercosta berkurang, dan Weaning off
ventilator.
Pada diagnosa
keperawatan ketiga, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan
proses difusi pada alveoli Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
24 jam diharapkan pertukaran gas klien dapat adekuat Kriteria hasil : KU dan VS stabil, Napas
adekuat spontan (16-24x/menit), dan BGA
dalam batas normal.
Pada diagnosa
keperawatan keempat, gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
adanya perdarahan intraserebral,
tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam diharapkan perfusi jaringan serebral klien dapat adekuat.
Kriteria hasil : Kesadaran
membaik, Reflek pupil +/+, Pupil isokor.
Pada diagnosa
keperawatan kelima ,resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur
invasif dan bedrest total Tujuan Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan tidak terjadi
infeksi pada klien. Kriteria hasil, KU dan
VS stabil, Suhu normal
(36.5-37.5), Leukosit normal, dan Monitor KU dan VS termasuk suhu klien/jam.
|
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam
kasus ini pengkajian meliputi keluhan utama klien, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu dan keluarga, pemeriksaan fisik head to toe dengan
hasil dapat diketahui klien mengalami penurunan kesadaran dengan diagnosa medis
stroke hemoragik.
2. Hasil
pengkajian asuhan keperawatan pada pasien stroke ditemukan beberapa diagnosa.
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi secret dijalan napas, Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri
pada batang otak etcause intracerebral haemoragie), Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kegagalan proses difusi pada alveoli, Gangguan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan adanya perdarahan intraserebral, Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan bedrest total.
3.
|
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa bersihan
jalan nafas tidak efektif dengan intervensi kaji keadaan jalan nafas, evaluasi
pergerakan dada dan auskultasi suara napas pada kedua paru, lakukan suction. Intervensi
yang dilakukan pada diagnosa depresi pusat pernapasan dengan intervensi napasnya
cepat dan dangkal, RR 38x/menit, terdapat retraksi intercosta, Intervensi
yang dilakukan pada diagnosa gangguan pertukaran gas, dengan intervensi menunjukkan
peningkatan frekuensi napas yaitu RR 38 x/menit. Intervensi yang
dilakukan pada diagnosa, gangguan perfusi jaringan serebral dengan intervensi adanya
perdarahan intraserebral sehingga mempengaruhi proses perfusi jaringan ke
serebral. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa, resiko
tinggi infeksi intervensi yang dilakukan prosedur invasif dapat
memungkinkan terjadinya infeksi karena merupakan port de entri mikroorganisme,
di ET, NGT dan Kateter.
B.
Saran
1. Instansi
Rumah Sakit
a. Pada
ruang intensive care unit (ICU) sebaiknya terdapat protab perawatan DC,
dressing infuse, perawatan NGT sesuai dengan waktu yang ditentukan.
b. Untuk
perawat di ruang intensive care unit (ICU) sebaiknya perawat yang benar-benar
terlatih dalam keperawatan kritis, sehingga lebih peka terhadap perawatan
pasien di intensive care unit (ICU).
2. Perawat
a. Pasien
stroke dengan bedrest dimungkinkan terjadinya decubitus, sehingga perawat perlu
lebih memperhatikan pasien dengan tanda-tanda decubitus dan penatalaksanaan
decubitus.
b. Perawat
diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta
memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko infeksi dan
infeksi nosokomial pada pasien di intensive care unit (ICU.
c. Perawat
diharapkan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan kesadaran
masing-masing yang bertujuan untuk kesembuhan dan keselamatan pasien. Keluarga
Pada keluarga sebaiknya senantiasa mendampingi dan memberikan support kepada
pasien meskipun dalam kondisi koma sekalipun.
3. Untuk diri sendiri
Diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan
dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan keperawatan. Mahasiswa / i
juga diharapkan secara aktif untuk
membaca dan meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan
keperawatan yang komprehensif.
4. Institusi
Pendidikan
Makalah
ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi yang menunjang pembelajaran dan
referensi untuk penulisan makalah selanjutnya.
|
DAFTAR
PUSTAKA
hAdib,
Muhammad. 2009 Cara Mudah Memahami Dan
Menghindari Hipertensi Jantung Dan Stroke : Yogyakarta.
Artiani,
Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan,
Jakarta, EGC.
Centers
for Disease Control and Prevention, 2009. Stroke
Facts and Statistics. : Division for
Heart Disease and Stroke Prevention. Available from: http://www.cdc.gov/stroke/statistical_reports.htm
di askses pada tangal 23 April 2015.
Gemari, 2008. Esensial Stroke. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Muttaqin,arif.
2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline
Stroke 2007. Jakarta: PERDOSSI.
World
Health Organization, 2005. WHO STEPS
Stroke Manual: The WHO STEP wise Approach to Stroke Surveillance. World
Health Organization.
Yayasan
Stroke Indonesia. Tahun 2020, Penderita
Stroke Meningkat 2 Kali. Jakarta: Yayasan Stroke Indonesia. Available from:
http://www.yastroki.or.id/berita.php?id=4
di askses pada tangal 23 April 2015.
Yastroki,
2009. Yastroki Tangani Masalah Stroke di
Indonesia. www.yastroki.or.id di
askses pada tangal 23 April 2015.
Mantaap.
BalasHapusArtikel ini cukup bagus dan dapat membantu bagi tim yang memerlukan tentang tema ini.
BalasHapusIjin Share ya
Terima kasih
Free casino site for Indian players and players from around the world
BalasHapusOur online casino is very user friendly. 카지노사이트luckclub If you have a gambling problem, call 1-800-GAMBLER-STOP-POKER (1-888-3363) or visit our
Pragmatic Play takes on virtual slot machines - JT Hub
BalasHapus“Virtual 광양 출장마사지 machines” are 안성 출장샵 among the most popular in the 순천 출장샵 gambling market and have become 익산 출장샵 Pragmatic Play 화성 출장마사지 and its casino content supplier.